11/1 <?> ♂ 1. Raden Dalem Aria Wangsa Goparana / Sunan Sagala Herang [Talaga]
Рођење: Blok Karang Nangka Beurit, Desa Sagalaherang Kaler, Kecamatan Sagalaherang - Subang
== RADEN ARYA WANGSA GOPARANA ==
Tiga abad silam merupakan saat bersejarah bagi Cianjur. Karena berdasarkan sumber – sumber tertulis , sejak tahun 1614 daerah Gunung Gede dan Gunung Pangrango ada di bawah Kesultanan Mataram. Tersebutlah sekitar tanggal 12 Juli 1677, Raden Wiratanu putra R.A. Wangsa Goparana Dalem Sagara Herang mengemban tugas untuk mempertahankan daerah Cimapag dari kekuasaan kolonial Belanda yang mulai menanamkan kekuasaan di tanah nusantara. Upaya Wiratanu untuk mempertahankan daerah ini juga erat kaitannya dengan desakan Belanda / VOC saat itu yang ingin mencoba menjalin kerjasama dengan Sultan Mataram Amangkurat I.
Namun sikap patriotik Amangkurat I yang tidak mau bekerjasama dengan Belanda / VOC mengakibatkan ia harus rela meninggalkan keraton tanggal 12 Juli 1677. Kejadian ini memberi arti bahwa setelah itu Mataram terlepas dari wilayah kekuasaannya.
Pada pertengahan abad ke 17 ada perpindahan rakyat dari Sagara Herang yang mencari tempat baru ke pinggiran sungai untuk bertani dan bermukim. Babakan atau kampoung mereka dinamakan menurut nama sungai dimana pemukiman itu berada. Seiring dengan itu Raden Djajasasana putra Aria Wangsa Goparana dari Talaga keturunan Sunan Talaga, terpaksa meninggalkan Talaga karena masuk Islam, sedangkan para Sunan Talaga waktu itu masih kuat memeluk Hindu.
Sebagaimana daerah beriklim tropis, maka di wilayah Cianjur utara tumbuh subur tanaman sayuran, teh dan tanaman hias. Di wilayah Cianjur Tengah tumbuh dengan baik tanaman padi, kelapa dan buah-buahan. Sedangkan di wilayah Cianjur Selatan tumbuh tanaman palawija, perkebunan teh, karet, aren, cokelat, kelapa serta tanaman buah-buahan. Potensi lain di wilayah Cianjur Selatan antara lain obyek wisata pantai yang masih alami dan menantang investasi.
Aria Wangsa Goparana kemudian mendirikan Nagari Sagara Herang dan menyebarkan Agama Islam ke daerah sekitarnya. Sementara itu Cikundul yang sebelumnya hanyalah merupakan sub nagari menjadi Ibu Nagari tempat pemukiman rakyat Djajasasana. Beberapa tahun sebelum tahun 1680 sub nagari tempat Raden Djajasasana disebut Cianjur (Tsitsanjoer-Tjiandjoer).
Berdasarkan sumber dari Wikipedia, Kabupaten Cianjur memiliki 36 orang yang pernah menjadi Bupati/Dalem dari tahun 1677 sampai 2011. Berikut daftar nama Bupati/Dalem Kabupaten Cianjur sampai tahun 2011:
1.R.A. Wira Tanu I (1677-1691) 2.R.A. Wira Tanu II (1691-1707) 3.R.A. Wira Tanu III (1707-1727) 4.R.A. Wira Tanu Datar IV (1927-1761) 5.R.A. Wira Tanu Datar V (1761-1776) 6.R.A. Wira Tanu Datar VI (1776-1813) 7.R.A.A. Prawiradiredja I (1813-1833) 8.R. Tumenggung Wiranagara (1833-1834) 9.R.A.A. Kusumahningrat (Dalem Pancaniti) (1834-1862) 10.R.A.A. Prawiradiredja II (1862-1910) 11.R. Demang Nata Kusumah (1910-1912) 12.R.A.A. Wiaratanatakusumah (1912-1920) 13.R.A.A. Suriadiningrat (1920-1932) 14.R. Sunarya (1932-1934) 15.R.A.A. Suria Nata Atmadja (1934-1943) 16.R. Adiwikarta (1943-1945) 17.R. Yasin Partadiredja (1945-1945) 18.R. Iyok Mohamad Sirodj (1945-1946) 19.R. Abas Wilagasomantri (1946-1948) 20.R. Ateng Sanusi Natawiyoga (1948-1950) 21.R. Ahmad Suriadikusumah (1950-1952) 22.R. Akhyad Penna (1952-1956) 23.R. Holland Sukmadiningrat (1956-1957) 24.R. Muryani Nataatmadja (1957-1959) 25.R. Asep Adung Purawidjaja (1959-1966) 26.Letkol R. Rakhmat (1966-1966) 27.Letkol Sarmada (1966-1969) 28.R. Gadjali Gandawidura (1969-1970) 29.Drs. H. Ahmad Endang (1970-1978) 30.Ir. H. Adjat Sudrajat Sudirahdja (1978-1983) 31.Ir. H. Arifin Yoesoef (1983-1988) 32.Drs. H. Eddi Soekardi (1988-1996) 33.Drs. H. Harkat Handiamihardja (1996-2001) 34.Ir. H. Wasidi Swastomo, Msi (2001-2006) 35.Drs. H. Tjetjep Muchtar Soleh, MM (2006-2011) 36.Drs. H. Tjetjep Muchtar Soleh, MM (2011-2016)
2
21/2 <1> ♂ 1. Pangeran Ngabehi Jayasasana / Eyang Dalem Cikundul / Raden Arya Wiratanu I[Goparana]
Рођење: Padaleman Sagalaherang-Subang
Свадба:
Титуле : Bupati Cianjur Ke I (1681 - 1691), Dalem mandiri tanpa diangkat oleh sultan, raja atau pemerintahan lain
==BIOGRAFI==
Rd. Kj. Aria Wiratanudatar yang dikenal sebagai Kj. Dalem Cikundul Beliau adalah penyebar Islam sekaligus Bupati Cianjur pertama, di Kp.Cijagang Ds.Majalaya Kec.Cikalong Kulon Kab. Cianjur
Dari kejauhan nampak di atas sebuah bukit yang sekelilingnya menghijau ditumbuhi pepohonan yang rin-dang. berdiri sebuah bangunan cukup megah dan kokoh.Bangunan yang sangat artistik dengan nuansa Islam itu. tiada lain makam tempat dimakamkannya Bupati Cianjur Pertama, R Aria Wira Tanu Bin Aria Wangsa Gopa-rana periode (1677-1691)yang kemudian terkenal dengan nama Dalem Cikundul.
Areal makam yang luasnya sekitar 300 meter itu. berada di atas tanah seluas 4 hektar puncak Bukit Cijagang. Kampung Majalaya, Desa Cijagang, Kecamatan Cikalong-kulon. Cianjur, Jawa Barat atau sekitar 17 Km kearah utara dari pusat kota Cianjur.Makam Dalem Cikundul, sudah sejak lama dikenal sebagai obyek wisata ziarah. Dalem Cikundul. konon tergolong kepada syuhada sholihiin yang ketika masih hidup dan kemudian menjadi dalem dikenal luas sebagai pemeluk agama Islam yang taat dan penyebar agama Islam.
Catatan sejarah dan cerita yang berkembang ditengah-tengah masyarakat, tahun 1529 kerajaan Talaga direbut oleh Cirebon dari Negara Pajajaran dalam rangka penyebaran agama Islam, yang sejak itu, sebagian besar rakyatnya memeluk agama Islam.Tetapi raja-raja Talaga. yaitu Prabu Siliwangi. Mun-dingsari. Mundingsari Leutik, Pucuk Umum. Sunan Parung Gangsa. Sunan Wanapri, dan Sunan Ciburang, masih menganut agama lama, yaitu agama Hindu.Sunan Ciburang memiliki putra bernama Aria Wangsa Goparana. dan ia merupakan orang pertama yang memeluk agama Islam, namun tidak direstui oleh orang tuanya. Akhirnya Aria Wangsa Goparana meninggalkan keraton Talaga. dan pergi menuju Sagalaherang.
Di Sagalaherang, mendirikan Negara dan pondok pesantren untuk menyebarkan agama Islam ke daerah sekitarnya. Pada akhir abad 17. ia meninggal dunia di Kampung Nangkabeurit, Sagalaherang dengan meninggalkan dua orang putra-putri, yaitu. DJayasasana, Candramang-gala, Santaan Kumbang. Yu-danagara. Nawing Candradi-rana, Santaan Yudanagara, dan Nyai Mas Murti.Aria Wangsa Goparana, menurunkan para Bupati Cianjur yang bergelar Wira Tanu dan Wiratanu Datar serta para keturunannya. Putra sulungnya Djayasasana dikenal sangat taqwa terhadap Allah SWT. tekun mempelajari agama Islam dan rajin bertapa.
Setelah dewasa Djayasasana meninggalkan Sagalaherang. diikuti sejumlah rakyatnya. Kemudian bermukim di Kampung Cijagang, Cikalong-kulon. Cianjur, bersama .pengikutnya dengan bermukim di sepanjang pinggir-pingir sungai.Djayasasana yang bergelar Aria Wira Tanu, menjadi Bupati Cianjur atau Bupati Cianjur Pertama periode (1677-1691). meninggal dunia antara tahun -1706 meninggalkan putra-puteri sebanyak 11 orang , masing-masing
. Dalem Aria wiramanggala.. Dalem Aria Martayuda (Dalem Sarampad).. Dalem Aria Tirta (Di Karawang).. Dalem Aria natamanggala (Dalem aria kidul/gunung jati cjr),. R.Aria Wiradimanggala(Dalem Aria Cikondang). Dalem Aria Suradiwangsa (Dalem Panembong),. Nyai Mas Kaluntar .. Nyai Mas Bogem. Nyai R. Mas Karangan.. Nyi R.mas KAra. Nyai Mas Djenggot
Beliau Juga memiliki seorang istri dari bangsa jin Islam, dan memiliki tiga orang putra-putri, yaitu
. Raden Eyang Surya-kancana. yang hingga sekarang dipercayai bersemayam di Gunung Gede atau hidup di alam jin.. Nyi Mas Endang Kancana alias Endang Sukaesih alias Nyai Mas Kara, bersemayam di Gunung Ceremai,. R. Andaka Warusaja-gad (tetapi ada juga yang menyebutkan bukan putra, tetapi putri bernama Nyai Mas Endang Radja Mantri bersemayam di Karawang).
Bertitik tolak dari situlah, Dalem Cikundul sebagai leluhurnya sebagian masyarakat Cianjur, yang tidak terlepas dari berdirinya pedaleman (kabupaten) Cianjur. Maka Makam Dalem Cikundul dijadikan tempat ziarah yang kemudian oleh Pemda Cianjur dikukuhkan sebagai obyek wisata ziarah, sehingga banyak dikunjungi penziarah dari pelbagai daerah.Selain dari daerah-daerah yang ada di P Jawa, banyak juga penziarah dari luar P Jawa seperti dari Bali. Sumatra. Kalimantan, banyak juga wisatawan mancanegara. Penziarah setiap bulan rata-rata mencapai 30.000 lebih pengunjung, mulai dari kalangan masyarakat bawah, menengah, hingga kelas atas, dan ada pula dari kalangan artis.
Maksud ziarah itu sendiri sebagaimana diajarkan dalam Islam, supaya orangeling akan kematian. Disamping itu, ziarah kepada syuhada solihin selain mandoakanya juga untuk tawasul memohon kepada Allah SWT melalui syuhada solihin sebagai perantara terhadap Allah SWT. Karena syuhada solihin lebih dekat dengan Allah SWT. umumnya yang berziarah antara lain ada yang ingin memperoleh kelancaran dalam kegiatan usahanya, dipercaya atasan, cepat memperoleh jodoh, dan lainnya. Sebelum melaksanakan ziarah di pintu masuk makam harusnya diberi nasehat-nasehat oleh juru kunci, dimaksudkan agar tidak sesat(tidakmenyimpang dari akidah dan tidak terjerumus kedalam jurang kemusyrikan
Makam Dalem Cikundul. semula kondisinya sangat sederhana. Tahun 1985 diperbaiki oleh Ny Hajjah Yuyun Muslim Taher istrinya Prof Dr Muslim Taher (Alm) Rektor Universitas Jayabaya, Jakarta. Biaya perbaikannya menghabiskan sekitar Rp 125 juta.Sekarang ini, biaya perawatannya Selain dari para donator tetap juga hasil infaq so-dakoh dari para pengunjung. Belum lama ini telah selesai dilakukan perbaikan atap bangunan gedung utama ber ukuran 16x20 meter, perbaikan masjid untuk wanita berukuran 7x7 meter. Menyusul akan dibangun lantai II tempat peristirahatan bagi para peziarah.
Di tempat berziarah Makam Dalem Cikundul ini. banyak disediakan Fasilitas untuk para penziarah mulai dari masjid untuk wanita dan laki-laki serta tempat peristirahatan. Dan sebelum memasuki areal tempat berziarah ada pula penginapan yang dikelola Dipenda Kabupaten Cianjur.Sebagai penziarah ada yang memiliki anggapan bila berziarah ke Makam Dalem Cikundul menghitung jumlah tangga sesuai dengan jumlah tangga sebenarnya, dapat diartikan maksud atau tujuan hidupnya akan tercapai. Itu sebabnya, tidak heran para penziarah ketika naik tangga untuk menuju sebuah bukit tempat Makam Dalem Cikundul. sambil menghitung jumlah tangga.jumlah tangga yang menuju lokasi makam yaitu tangga tahap pertama Jumlahnya 170 tangga. Kenapa tangga itu dibuat 170 buah. Dikemukakan bahwa jumlah itu diambil dari bilangan atau hitungan membaca ayat kursi yang sering dilakukan orang, yang juga sering dilakukan Dalem Cikundul. dan jumlah tangga tahap kedua sebanyak 34 buah."Mengenai ada anggapan apabila menghitung tangga sama Jumlahnya sama dengan jumlah tangga yang sebenarnya,insyaallah konon do'anya bakal dikabul segala maksud atau keinginan, tergantung kepercayaan masing-masing atau hanya sugesti saja." karena hal ini tergantung kebersihan niat dari para peziarah.
Rundayan Para Bupati Cianjur Dari periode 1940-2011
. R.A. Wira Tanu I /Rd Djayasasana (1640-1691)/(1677-1691). R.A. Wira Tanu II / Rd.Aria Wiramanggala)(1691-1707). R.A. Wira Tanu III /RA. Astra Manggala(1707-1727). R.A. Wira Tanu Datar IV/ Rd. Sabirudin(1927-1761). R.A. Wira Tanu Datar V /Dalem Muhyidin(1761-1776). R.A. Wira Tanu Datar VI/Dalem Aria Enoh (1776-1813). R.A.A. Prawiradiredja I (1813-1833). R. Tumenggung Wiranagara (1833-1834). R.A.A. Kusumahningrat (Dalem Pancaniti) (1834-1862). R.A.A. Prawiradiredja II (1862-1910). R. Demang Nata Kusumah (1910-1912). R.A.A. Wiaratanatakusumah (1912-1920). R.A.A. Suriadiningrat (1920-1932). R. Sunarya (1932-1934). R.A.A. Suria Nata Atmadja (1934-1943). R. Adiwikarta (1943-1945). R. Yasin Partadiredja (1945-1945). R. Iyok Mohamad Sirodj (1945-1946). R. Abas Wilagasomantri (1946-1948). R. Ateng Sanusi Natawiyoga (1948-1950). R. Ahmad Suriadikusumah (1950-1952). R. Akhyad Penna (1952-1956). R. Holland Sukmadiningrat (1956-1957). R. Muryani Nataatmadja (1957-1959). R. Asep Adung Purawidjaja (1959-1966). Letkol R. Rakhmat (1966-1966). Letkol Sarmada (1966-1969). R. Gadjali Gandawidura (1969-1970). Drs. H. Ahmad Endang (1970-1978). Ir. H. Adjat Sudrajat Sudirahdja (1978-1983). Ir. H. Arifin Yoesoef (1983-1988). Drs. H. Eddi Soekardi (1988-1996). Drs. H. Harkat Handiamihardja (1996-2001). Ir. H. Wasidi Swastomo, Msi (2001-2006). Drs. H. Tjetjep Muchtar Soleh, MM (2006-2011)
SILSILAH EYANG DALEM CIKUNDUL
SILSILAH NA : ======================== 1. Nabi Adam As. 2. Nabi Syis As. 3. Anwar ( Nur cahya ) 4. Sangyang Nurasa 5. Sangyang Wenang 6. Sangyang Tunggal 7. Sangyang Manikmaya 8. Brahma 9. Bramasada 10. Bramasatapa 11. Parikenan 12. Manumayasa 13. Sekutrem 14. Sakri 15. Palasara 16. Abiyasa 17. Pandu Dewanata 18. Arjuna 19. Abimanyu 20. Parikesit 21. Yudayana 22. Yudayaka 23. Jaya Amijaya 24. Kendrayana 25. Sumawicitra 26. Citrasoma 27. Pancadriya 28. Prabu Suwela 29. Sri Mahapunggung 30. Resi Kandihawan 31. Resi Gentayu 32. Lembu Amiluhur 33. Panji Asmarabangun 34. Rawisrengga 35. Prabu Lelea ( maha raja adi mulya ) 36. Prabu Ciung Wanara 37. Sri Ratu Dewi Purbasari 38. Prabu Lingga Hyang 39. Prabu Lingga Wesi 40. Prabu Susuk Tunggal 41. Prabu Banyak Larang 42. Prabu Banyak Wangi / Munding sari I 43. ( a ) Prabu Mundingkawati / Prabu Lingga Buana / Munding wangi (Raja yang tewas di Bubat) ( b ) Prabu boros ngora / Buni sora suradipati / Prabu Kuda lelean berputra : Ki Gedeng Kasmaya 44. Prabu Wastu Kencana / Prabu Niskala wastu kancana / Prabu Siliwangi I 45. Prabu Anggalarang / Prabu Dewata Niskala /Jaka Suruh ( Raja Galuh / Kawali ) 46. Prabu Siliwangi II / Prabu Jaya dewata / Raden Pamanah rasa / Sri Baduga Maha Raja 47. Munding sari ageung / Munding sari II 48. Munding sari leutik / Munding sari III 49. Prabu Siliwangi V / Prabu Pucuk Umum ( Rd. Ragamantri ) 50. Sunan Parung Gangsa 51. Sunan Wanaperih ( Rd.Arya Kikis ) 52. Sunan Ciburang ( Rd.Arya Goparana ) 53. Sunan Sagala herang ( Rd. Dalem Arya Wangsa Goparna ) 54. Eyang Dalem Cikundul ( Pangeran Ngabehi Jayasasana )
62/2 <1> ♂ 5. Dalem Tumenggung Yudanagara[Goparana]
Рођење: ATAS PERMINTAAN KELUARGA, DIPUTUS JALUR ayahnya: 851614
33/2 <1> ♂ 2. Rd. Wiradiwangsa [Goparana]
44/2 <1> ♂ 3. Tjandramanggala [Goparana]
55/2 <1> ♂ 4. Santaan Kumbang [Goparana]
76/2 <1> ♂ 6. Nawing Tjakradiprana [Goparana]
87/2 <1> ♂ 7. Santaan Yudanagara [Goparana]
98/2 <1> ♂ 8. Nyi Rd. Muhyi / Rd. Murti[Goparana]
3
101/3 <6> ♂ Rd.Aria Tjakrayudha [Pajajaran]
Рођење: Diputus 906371
LAMBANG KABUPATEN CIANJUR
112/3 <2> ♂ 4. Raden Aria Wiramangala (yang Kemudian Menjadi Penerusnya Sebagai Wira Tanu II) [Wiratanudatar]
Титуле : Bupati Cianjur Ke II (1691 – 1707), Dalem mandiri, tapi kemudian diakui regent oleh VOC
123/3 <2> ♂ 5. Raden Aria Martayuda / Dalem Sarampad [Wiratanudatar]
134/3 <2> ♂ 6. Raden Aria Tirta (Karawang)[Wiratanudatar]
145/3 <2> ♂ 7. Raden Aria Natadimanggala (Dalem Aria Kidul/Gn. Jati) [Wiratanudatar]
156/3 <2> ♂ 8. Raden Aria Wiradimanggala / Dalem Aria Cikondang [Wiratanudatar]
167/3 <2> ♂ 9. Raden Aria Suradiwangsa (Dalem Panembong) [Wiratanudatar]
178/3 <2> ♀ 10. Nyi Mas Kaluntar [Wiratanudatar]
189/3 <2> ♀ 12. Nyi Mas Karangan [Wiratanudatar]
1910/3 <2> ♀ 11. Nyi Mas Bogem [Wiratanudatar]
2011/3 <2> ♀ 13. Nyi Mas Kara [Wiratanudatar]
2112/3 <2> ♀ 14. Nyi Mas Jenggot[Wiratanudatar]
2213/3 <2> ♂ 1. Rd.H. Suria Kancana (Bersemayam di Gunung Gede) [Wiratanudatar]
2314/3 <2> ♀ 2. Nyi Rd.Endang Sukaesih (Bersemayam di Gunung Ciremai)[Wiratanudatar]
2415/3 <2> ♂ 3. Rd. Andaka Wirusajagad (Bersemayam di Gunung Karawang)[Wiratnudatar]
4
LAMBANG KABUPATEN CIANJUR
261/4 <11> ♂ 1. Dalem Ariya Wiratanu III / Dalem Cicondre / Raden Astramanggala[Wiratanudatar]
Титуле : Bupati Cianjur III (1707- 1726),Mengajukan gelar Pangeran Aria Adipati Amangkurat di Datar ke VOC
Титуле : од 18 фебруар 1724, Bupati Bogor ke 5 18 Februari 1724-1726
===Raden Aria Wira Tanu III===
Adalah regent Cianjur yang memerintah dari tahun 1707 s.d. 1726
Kehidupan Awal
Nama asli Raden Aria Wira Tanu III adalah Raden Astramanggala. Ia diangkat regent pada tahun 1707 ketika ayahnya yaitu R.A. Wira Tanu II meninggal. Saat Wira Tanu III naik tahta, ibu kota Cianjur yang berada di Pamoyanan sudah mulai mundur. Maka langkah pertama Wira Tanu III adalah memindahkan ibu kota yang asalnya dari Pamoyanan ke kampung Cianjur sampai dengan saat ini. Perlu diperhatikan bahwa kampung Cianjur merupakan salah satu wilayah yang berada di Kabupaten Cianjur sehingga Wira Tanu III tidak berperan sebagai pendiri Cianjur.[1]
Regent Cianjur[sunting | sunting sumber]
Pada masa pemerintahan Wira Tanu III, VOC mulai mengolah wilayah-wilayah yang diserahkan Mataram seperti menetapkan batas tiap kabupaten, dan memperbaiki tata kota dan desa. Pada tahun 1711, VOC menetapkan bahwa wilayah pantai selatan dimasukan ke wilayah Cianjur. Selanjutnya pada 1715 Jampang pun dimasukan ke wilayah Cianjur.[1]
Wira Tanu III sering mengajukan klaim ke VOC mengenai wilayah-wilayah yang ada di kekuasaan kabupaten tetangga. Hal ini mengakibatkan Residen Cirebon merasa kewalahan karena tentunya hal ini akan mengurangi wilayah kabupaten lain. Residen Cirebon menyampaikan laporan pada pemerintahan Batavia sebagai berikut : 1.Rakyat Cianjur membuat gapura yang sangat besar dan menyamai gapura kesultanan untuk menghormat Wira Tanu III. Gapura yang dibuat lebih menyerupai benteng dan tidak sesuai dengan status Cianjur yang hanya berstatus kabupaten. Hal ini meningkatkan kewaspadaan VOC. 2.Wira Tanu III meminta gelar Pangeran Aria Adipati Amangkurat di Datar (Belanda:Pangerang Aria Depatty Amangcoerat in Dator). Gelar ini menyatakan bahwa Wira Tanu III menyamakan dirinya dengan Amangkurat dan berkuasa di Datar. Belanda merasa sangat gentar ketika regent nya meminta gelar ini. VOC merasa bahwa Wira Tanu III sudah berbahaya dan takut ingin berkuasa seperti layaknya Amangkurat sultan Mataram. Maka VOC hanya mengbulkn gelar Datar nya saja. Itu pun terlambat karena pengukuhan gelar Datar dilakukan setelah meninggalnya Wira Tanu III dan gelar itu akhirnya diberikan ke Wira Tanu IV. 3.Wira Tanu III minta ke VOC supaya Citarum menjadi batas Cianjur. Hal ini dapat memperluas wilayah Cianjur dengan mengambil sebagian Bandung dan Karawang serta seperempat wilayah Parakanmuncang. Wira Tanu III ngotot pada VOC untuk menggeser batas wilayah Cianjur dengan Kampung Baru, Bandung, Karawang dan Parakanmuncang sedemikian luas sehingga akan membuat kabupaten lain berkurang wilayahnya. Hal ini membuat VOC bingung karena tidak berani untuk menolak dan tidak mau untuk memberikan. Atas berbagai klaim ini, wilayah Cianjur zaman Wira Tanu III sudah hampir menyamai wilayah Cianjur sekarang.[1]
Wira Tanu III termasuk regent yang berprestasi dalam pandangan VOC, karena Wira Tanu III selalu berhasil menyetor kopi yang terbesar ke VOC.
Kematian[sunting | sunting sumber]
Wira Tanu III meninggal pada tahu 1726 karena ditusuk condre. Karena inilah Wira Tanu III setelah kematiannya disebut sebagai Dalem Dicondre. Ada dua versi ditusuknya Wira Tanu III[1]
Pemberontakan[sunting | sunting sumber]
Wira Tanu III adalah bupati yang tegas dalam hal menerapkan hukum tanam paksa. Ketegasan ini menguntungkan pihak VOC tapi merugikan rakyat. Rakyat merasa menderita karena sistem tanam paksa ini. Suatu waktu ada kasus bahwa bayaran kopi pada VOC yang seharusnya 17,5 gulden hanya dibayar 12,5 gulden sedangkan yang 5 gulden dipakai oleh Wira Tanu III sendiri. Hal ini mengakibatkan kemarahan rakyat dan berakhir dengan ditusuknya Wira Tanu III oleh senjata condre.[1]
Masalah cinta[sunting | sunting sumber]
Suatu waktu Wira Tanu III mendengar bahwa di Cikembar ada gadis cantik yang bernama Apun Gentay. Karena kecantikannya sangat pantas jika Apun Gentay dinikahi oleh Wira Tanu III. Apun Gentay sendiri sebenarnya sudah memiliki kekasih orang Citeureup, Bogor.[1]
Apun Gentay kemudian dipanggil ke Pendopo. Apun Gentay tiba di pendopo pukul 4 sore bersama kekasihnya. Keadaan di pendopo ketika itu tidak ada siapa-siapa yang ada hanya Wira Tanu III dengan saudaranya yaitu Mas Purwa. Semua yang ada di pendopo menyangka bahwa Apun Gentay bersama pengiringnya bukan bersama kekasihnya. Ketika Apun Gentay dipanggil untuk mendekat, kekasihnya ikut mendekat dan dengan cepat menusuk Wira Tanu III dengan condre sebanyak tiga kali. Wira Tanu III kemudian roboh dengan isi perut keluar.
Mas Purwa kemudian mengejar si penusuk. Di alun-alun mereka bertarung dan karena kesaktian Mas Purwa, si penusuk berhasil dipenggal kepalanya. Wira Tanu III pingsan di singgasana dengan keadaan isi perut keluar. Pukul 7 malam Wira Tanu III akhirnya meninggal.[1]
Sekilas Mengenai Gelar Yang Digunakan[sunting | sunting sumber]
Gelar bangsawan zaman feodalisme di daerah Sunda tidak terlalu berbeda dengan gelar di Jawa. Gelar digunakan untuk menunjukan derajat seorang bangsawan. Pada umumnya gelar yang dipakai adalah Ngabehi, Tumenggung, Aria dan Adipati. Gelar-gelar ini didapat dengan berbagai cara, diantaranya : 1.Gelar digunakan sendiri tanpa ada yang memberi. Hal ini berlaku bagi bangsawan yang mendirikan wilayah sendiri tanpa diangkat oleh orang lain. Contohnya adalah R.A. Wira Tanu I. 2.Gelar digunakan karena warisan dari ayahnya. 3.Gelar dianugerahkan oleh penguasa yang lebih tinggi derajatnya (atasannya) seperti Raja/Sultan yang memberikan gelar Aria/Adipati pada seorang bangsawan 4.Pada zaman VOC, gelar didapat dengan cara dibeli.
Di wilayah kekuasaan VOC, para penguasa lokal yang merupakan bangsawan. Diperbolehkan memakai gelar dengan cara membeli dari VOC. Gelar-gelar ini harganya sangat mahal, sehingga beberapa bangsawan miskin memiliki jabatan pun banyak yang tidak bergelar dan hanya menyandang Raden saja. Gelar yang paling mahal adalah gelar Pangeran karena gelar ini sangat istimewa dan harus mendapat izin dulu dari Raja/Ratu Belanda.[
LAMBANG KABUPATEN BOGOR
272/4 <11> ♂ 2. RA. Wiradinata [Wiratanudatar]
Титуле : од 1749, Bupati Bogor ke 6
253/4 <10> ♂ Rd.Aria Tjakradiprana [Pajajaran]
284/4 <11> ♂ 3. Rd. Sutamanggala [Wiratanudatar]
295/4 <11> ♂ 4. Rd. Suramanggala [Wiratanudatar]
306/4 <11> ♂ 5. Kimas Bangsawijaya [Wiratanudatar]
317/4 <11> ♂ 6. Kimas Purwa [Wiratanudatar]
328/4 <11> ♂ 7. Kimas Bangsadinata [Wiratanudatar]
339/4 <11> ♀ 8. Nyi Mas Nata [Wiratanudatar]
3410/4 <11> ♀ 9. Nyi Mas Pelesiran[Wiratanudatar]
3511/4 <11> ♀ 10. Nyi Mas Asmarawulan[Wiratanudatar]
3612/4 <11> ♀ 11. Nyi Mas Candrawulan[Wiratanudatar]
3713/4 <11> ♀ 12. Nyi Mas Tanjung[Wiratanudatar]
3814/4 <11> ♀ 13. Nyi Rd. Purbanagara[Wiratanudatar]
3915/4 <11> ♂ 14. Rd. Sutamanggala[Wiratanudatar]
5
LAMBANG KABUPATEN CIANJUR
411/5 <26> ♂ 1. Raden Adipati Aria Wiratanudatar IV/ Ki Sabirudin [Wiratanudatar]
Титуле : од 27 јул 1726, Penetapan Bupati Cianjur IV (1726)., Wira Tanu pertama bergelar Adipati, dikabulkannya gelar Datar, yaitu gelar yang diminta oleh pendahulunya
Титуле : јануар 1727, Pelantikan Bupati Cianjur IV (1727).
===Raden Adipati Wira Tanu Datar IV===
Adalah bupati Cianjur keempat yang memerintah pada tahun 1727 s.d. 1761
Kehidupan Awal
Raden Adipati Wira Tanu Datar IV nama aslinya adalah Raden Sabirudin. Penetapan Raden Sabirudin sebagai regent VOC ditetapkan pada tanggal 27 Juli 1726. Namun pengangkatannya dilaksanakan pada tanggal 28 Januari 1727. [1]
Regent Cianjur
Raden Sabirudin diangkat oleh VOC sebagai regent dengan gelar Raden Aria Wira Tanu IV. Namun karena Raden Aria Wira Tanu III sebelumnya telah mengajukan gelar Pangeran Aria Adipati Amangkurat di Datar. Maka VOC kemudian menganugerahkan gelar Adipati dan penambahan Datar bagi Raden Sabirudin. Sehingga Raden Sabirudin lebih dikenal dengan nama Raden Adipati Wira Tanu Datar IV.
Wira Tanu Datar IV memerintah dengan sangat baik dengan dibantu oleh seorang patih yang bernama Wira Nata yang juga merupakan seorang umbul di Jampang. Jabatan Patih Cianjur tetap dipegang oleh Wira Nata meskipun ia telah diangkat sebagai bupati Kampung Baru (Bogor sekarang).
Kematian[sunting | sunting sumber]
Raden Adipati Wira Tanu Datar IV meninggal pada tahun 1761 dengan meninggalkan 11 putra. Putra pertamanya adalah Raden Muhyidin yang menjadi penerusnya sebagai Raden Adipati Wira Tanu V.[1]
LAMBANG KABUPATEN BOGOR
482/5 <27> ♂ 1. RT. Wiradiredja [Wiratanudatar]
Титуле : од 1752, Bupati Bogor ke 7
513/5 <27> ♂ 4. Ngabehi Raksatjandra [Wiratanudatar]
Титуле : 7 април 1752, Hoofd de negorij Bogor (Walikota)
==ASAL-OESOEL NAMA BOGOR==
Eene acte van 7 april 1752 (Van Girssen) vermeld Radin Nata Drieja "hoofd van de negorij Campong Baroe en ngabehi Raksa Tjandra, hoofd van de negorij Bogor, nevens Wangsa Tjandra, mandor van eerstgenoemde de negorij". (Dalam sebuah akta pada 7 April 1752 (Van Girssen) disebutkan Radin Nata Drieja sebagai "kepala Kampung Baru dan Ngabehi Raksa Tjandra, Kepala kampung Bogor, sementara Wangsa Tjandra, adalah mantan mandor kampung").
Catatan diatas, dikutip dari buku karangan Frederik De Haan, 1910 yang berjudul "PRIANGAN De Preanger Regentschappen Onder Het Nederlandsch Bestuur tot 1811". Sedangkan F. De Haan juga mengutip dari referensi pengarang lainnya seperti Freijers, Erfbrief, Riesz, dll). Dari catatan tersebut dapat dianalisa bahwa Kampung Bogor sudah ada sebelum Kampung Baru (Buitenzorg) dibuka oleh Tanoedjiwa. Pada 7 April 1752 ketika Ngabehi Raksatjandra menjadi kepala kampung BOGOR pusat kotanya masih berada didaerah Parung Angsana (Tanah Baru sekarang), jadi besar kemungkinan "KAMPUNG BOGOR" tersebut letaknya tidak jauh dari Parung Angsana (Tanah Baru) dengan istilah lainnya KAMPUNG BOGOR itu adalah Parung Angsana (Tanah Baru) Kaum.
LAMBANG KABUPATEN BOGOR
494/5 <27> ♂ 2. RT. Pandji / Natadiredja[Wiratanudatar]
Титуле : 14 март 1754, Patih Kampoeng Baroe (Buitenzorg)
LAMBANG KABUPATEN BOGOR
425/5 <26> ♂ 2. Rd.Tumenggung Natanagara[Wiratanudatar]
Титуле : 23 фебруар 1759, Regent van Tsjikalong
Титуле : од 25 август 1761, Bupati Bogor ke 8
==Catatan VOC==Aug. 25, 1769 De Aria van Tjikalon Radeeng Nata Nagara word den titul van Temangong gehonoreert, 25 Augustus 1769. file 1049, folios 1077-1101 Batavia en Batavias RessortFeb. 23, 1759 De Regent van Inkarta Nagara of Isikalong in de Bovenlanden Aria Wangsa Coesoema genaamt, om zijn onvermogen ontslagen en Aria Nata Nagara onder beding daartoe weder benoemd, 23 Februari 1759. file 1023, folios 39-58 BovenlandenFeb. 23, 1759 Den Resident des distrikts Tsikalong, Aria Wangsa Coessoema ontslagen wegens onvermogen en Aria Nata Nagara onder beding daartoe aangesteld, R., 23 Februari 1759. file 1023, folios 39-58 Inlandsche Vorsten en GrootenAug. 25, 1769 Den Aria van Tjicalong gend Radeeng Nata Nagara word den tit. van Tommongong gehonoreert, 25 Augustus 1769. file 1049, folios 1077-1101 Inlandsche Vorsten en GrootenFeb. 23, 1759 Aria Nata Nagara tot regent van Tsjikalong benoemd, onder conditie, dat hij de producten ten spoedigste herwaarts bezorge en ze jaarlijks naar de bepaaling zonder manquement opbrenge, 23 Februari 1759. file 1023, folios 39-58 Producten
406/5 <25> ♂ Rd.Aria Judasesana [Pajajaran]
437/5 <26> ♂ 3. Rd. Kartaredja / Rd. Kartadiredja [Wiratanudatar]
448/5 <26> ♂ 4. Ny. Rd. Syamsiyah [Wiratanudatar]
459/5 <26> ♂ 5. Rd. Emang [Wiratanudatar]
4610/5 <26> ♀ 6. Ny. Rd. Siti Syamsiah[Wiratanudatar]
4711/5 <26> ♂ 7. Rd. Dipanagara[Wiratanudatar]
5012/5 <27> ♂ 3. Rd. Natapraja [Wiratanudatar]
5213/5 <27> ♂ 5. Rd. Wangsatjandra[Wiratanudatar]
6
651/6 <48> ♂ 1. Rd. Muhammad Tohir (Aolia Kamp. Baru) [Wiratanudatar]
Титуле : Aulia / Penghoeloe Kampoeng Baroe
LAMBANG KABUPATEN CIANJUR
542/6 <41> ♂ 1. Dalem Ariya Wiratanudatar V / Ki Muhidin [Wiratanudatar]
Титуле : од 1761, Cianjur, Bupati Cianjur V
===Raden Adipati Wira Tanu Datar V===
Raden Adipati Wira Tanu Datar V adalah bupati kelima Cianjur (regent keempat VOC di Cianjur)
Kehidupan Awal Nama asli Wira Tanu Datar V adalah Raden Muhyidin. Ia merupakan anak pertama Adipati Wira Tanu Datar IV. Ia naik tahta ketika ayahnya meninggal dunia
Regent Cianjur Tidak terlalu banyak catatan mengenai masa pemerintahannya sebagai regent. Karena Cianjur saat itu ada dalam kategori tenang karena jasa-jasa Wira Tanu III yang telah menanamkan pengaruh Cianjur di mata Belanda. Masa pemerintahannya ditandai dengan majunya Pencak Silat. Bahkan salah satu aliran silat terkenal yaitu Kari Madi berkembang saat masa pemerintahan Wira Tanu Datar V.
Kematian
Wira Tanu Datar V meninggal pada tahun 1776 dan dimakamkan di Pasarean Agung kota Cianjur. Ia meninggalkan 17 putra
Keturunan
Dalem Muhidin (Wiratanu V) PUPUTRA:17
Dalem Aria Enoh (Wiratanu VI)Nyi Rd. TanjungnagaraNyi Rd. BentangRd. WiramanggalaR.A. WastirejaNyi Rd. PurbaNyi Rd. EmulR.A. JayanagaraRd. TisnadilagaRd. NatadigjaRd. ArdikusumanNyi Rd. KandranNyi. Rd. Siti MurtalaNy. R. HamsyanRd. NatadirejaRd. H. Muhyidin (R.Natapraja)Rd. Purantareja
533/6 <40> ♂ Rd.Rangga Brajadinata I [Pajajaran]
LAMBANG KABUPATEN CIANJUR
554/6 <41> ♀ 2. Nyi Rd. Madjanagara [Wiratanudatar]
565/6 <41> ♂ 3. Rd. Demang Djayalaga [Wiratanudatar]
576/6 <41> ♂ 4. R. Demang Mangkupradja[Wiratanudatar]
587/6 <41> ♂ 5. R. Demang Mangkunagara[Wiratanudatar]
598/6 <41> ♂ 6. Nyi Rd. Aleja [Wiratanudatar]
609/6 <41> ♂ 7. Rd. Indraredja [Wiratanudatar]
6110/6 <41> ♂ 8. R. Wiraredja [Wiratanudatar]
6211/6 <41> ♀ 9. Nyi Rs. Bodedar[Wiratanudatar]
6312/6 <41> ♀ 10. Ny. Rd. Umbangkusumah[Wiratanudatar]
6413/6 <42> ♂ 1. Lenggang Nagara[Wiratanudatar]
6614/6 <41> ♀ 11. Nyi Rd. Layangkusumah[Wiratanudatar]
7
991/7 <65> ♀ 13. RAy. Habibah [Wiratanudatar]
Рођење: Cucu Sultan Hadji (Sultan Banten Ke 7)
822/7 <54> ♀ 14. Nyi Raden Hamsyiah [Wiratanudatar]
Рођење: 1768изр, Kalkulasi usia : wafat kakak no 1 (yg satu ibu)= 1818 Perkiraan usia = 70 thn Jadi tahun kelahiran anak no 14 = (1818-70) + {(14-1) x 1.5} = 1748 + 19.5 = 1767.5 atau 1768
Свадба: <1> ♂ 1.1.1.5.2.1.1.1.3.4. Dalem Raden Soerialaga II / Raden Tumenggung Suryalaga II (Raden Ema) [Sumedang Larang] b. 1764изр
LAMBANG KABUPATEN CIANJUR
873/7 <64> ♀ Lenggang Kusumah [Wiratanudatar]
Рођење: 1768изр, Isteri ke 2 (1762+6), Cucu Aria Wiratanudatar IV / Kyai Sabirudin
Свадба: <2> ♂ 1.1.1.4.1.6.1.1. Pangeran Kornel / Adipati Surianagara III (Kusumadinata IX)[Sumedang Larang] b. 1762изр
LAMBANG KABUPATEN CIANJUR
694/7 <54> ♂ 1. Dalem Arya Wiratanudatar VI / Raden Enoh (Raden Wiranagara)[Wiratanudatar]
Титуле : од 1776, Cianjur, Bupati Cianjur VI. Kepatihan Sukabumi terbentuk pada masa pemerintahannya
===Raden Adipati Wira Tanu Datar VI (1776–1813 )===
Kehidupan Awal Nama asli Wira Tanu Datar VI adalah Wiranagara. Ketika kecil ia bernama Raden Enoh. Ia naik tahta menggantikan ayahnya, Wira Tanu Datar V sebagai regent ketika ayahnya meninggal pada tahun 1776.[1]
Regent Cianjur Keadaan pemerintahan pada masa Wira Tanu Datar VI sangat lancar, kebun kopi di Cianjur sangat bagus dan sawah semakin luas. Wira Tanu Datar VI merupakan salah satu regent yang memerintah sangat lama yaitu sekitar 37 tahun. Ia pun regent sepuh yang paling dihormati oleh regent-regent yang lain di Priangan. Hal ini terjadi karena banyak regent yang lain pernah menjadi bawahannya ketika menjadi Umbul atau Cutak. Salah satu contohnya adalah Pangeran Kornel, regent Sumedang yang ketika muda nya pernah menjadi Cutak bawahan Wira Tanu Datar VI.[1]
Pembentukan Kepatihan Tjikole Di awal masa pemerintahannya, Wira Tanu Datar VI membentuk sebuah Kepatihan bernama Kepatihan Tjikole yang merupakan cikal bakal dari Kabupaten Sukabumi saat ini. Kepatihan ini berpusat di Tjikole (sekarang bagian dari Kota Sukabumi).
Masalah Suksesi Wira Tanu Datar VI adalah keturunan Wira Tanu terakhir yang memerintah Cianjur. Hal ini terjadi karena tidak ada anaknya yang dapat dijadikan regent. Beberapa kejadian yang menyebabkan hal ini adalah :
Raden Prawiranagara Raden Prawiranagara adalah anak laki-laki pertama Wira Tanu Datar VI. Ketika patih Mangkupraja berhenti dari jabatannya ia dijadikan patih Cianjur dengan gelar Demang. Berikutnya ia merangkap jabatan sebagai Cutak Jampang. Prawiranagara terkenal kejam dan bengis pada rakyat. Banyak yang sakit hati dan tidak suka padanya. Sifatnya ini kurang disukai oleh residen Priangan. Prawiranagara pernah dibujuk untuk melaksanakan ibadah haji. Hal ini ternyata salah satu taktik untuk mengucilkan dirinya dari jabatan regent. Karena kejadian ini ia akhirnya minta berhenti dari jabatan patih dan cutak.
Lima tahun kemudian, ia ditunjuk kembali jadi cutak Cikalong dan Cibalagung. Ketika jadi cutak ini ia meminta gelar Aria sehingga ia dikenal dengan nama Aria Cikalong. Meskipun jabatannya hanya cutak Cikalong dan Cibalagung. Tapi sebenarnya ialah yang menjalankan pemerintahan di Cianjur layaknya seorang bupati. Ia kemudian diangkat kembali jadi patih pada tanggal 18 Februari 1809. Karena jasanya memperbaiki kebun kopi di Cikalong, ia pernah diusulkan menjadi bupati Buitenzorg tapi tidak disetujui oleh Belanda. Ayahnya berusaha agar ia diangkat bupati di Cibalagung namun tetap tidak berhasil. Akhirnya ia berhenti dari patih dan diganti oleh Wiradireja. [1]
Raden Natanagara Raden Natanagara adalah putra laki-laki kedua dari Wra Tanu Datar VI. Ia terkenal humoris, senang main-main dan melawak. Ketika kakaknya berhenti ia meminta gelar Demang. Pada tanggal 20 Januari 1807 ia dilantik sebagai Cutak Jampang dengan Gelar Demang. Karena hal ini pun ia dianggap tidak bisa diangkat sebagai regent [1]
Kematian Adipati Wira Tanu Datar VI meninggal pada tahun 1813 yang meninggalkan masalah suksesi
Penyelesaian Masalah Suksesi Karena kedua putra Wira Tanu VI diatas dianggap tidak pantas menjadi seorang regent, maka Residen Macquoid menyatakan bahwa regent selanjutnya bukan dari anak Wira Tanu Datar VI namun berasal dari saudaranya. Sebenarnya ada anak Wira Tanu VI yang tidak bermasalah, yaitu Raden Abas namun usianya masih 4 tahun. Raden Abas kemudian diurus oleh Surianagara, regent Sumedang (Pangeran Kornel).[1]
Untuk menyelesaikan masalah suksesi, Macquoid akhirnya mengangkat patih Wiradireja sebagai regent Cianjur. Wiradireja sendiri adalah anak dari Nyi Raden Tanjungnagara yang merupakan adik Wira Tanu Datar VI. Ayahnya adalah Aria Mangkupraja yang merupakan cucu dari Wira Tanu Datar IV. Jadi secara silsilah pengganti Wira Tanu Datar VI yaitu Wiradireja adalah keponakanny sendiri[1]
LAMBANG KABUPATEN BOGOR
765/7 <54> ♂ 8. RA. Jayanagara [Wiratanudatar]
Титуле : од 1796, Bupati Bogor ke 10
LAMBANG KABUPATEN BOGOR
686/7 <65+?> ♂ 2. Raden Adipati Wiranata[Wiratanudatar]
Титуле : од 1829, Bupati Bogor
LAMBANG KABUPATEN LEBAK
927/7 <65> ♂ 6. RA. Karta Nata Negara (Aom Entjan) [Wiratanudatar]
Титуле : од 1837, Bupati Lebak (Rangkasbitung) kE 2
== SILSILAH RINGKAS ==
RADEN ADIPATI KARTANEGARA / KARTANATA NAGARA bin R.H. MUH TOHIR (Aulia Kampung Baru/Bogor)bin RA. Wiradiredja (Regent Bogor) bin RA. Wiradinata (Regent Bogor) bin Dalem Wiratanu II (Regent Tjiandjur ke II), Tarikolot Cianjur
KARIER & PRESTASI
Raden Tumenggung (RT) Adipati Kartanata Nagara adalah Bupati Lebak kedua. Kartanata Nagara menjabat tahun 1830 hingga 1865. Sebelum menjadi bupati, pada 1829 Kartanata Nagara menjabat Demang di Jasinga, Kabupaten Bogor. Saat menjadi Demang, Kartanata Nagara mengalahkan pasukan Nyimas Gamparan yang menurut versi Pemerintah Hindia Belanda merupakan pengacau keamanan. Saat itu, pasukan Nyimas Gamparan mau masuk Lebak melalui jalur Cikande, Serang. Usaha Nyimas Gamparan berhasil dihadang oleh Kartanata Nagara. Berawal dari keberhasilan mengalahkan Nyimas Gamparan akhirnya Pemerintah Hindia Belanda menganugerahi Kartanata untuk menjadi Bupati Lebak menggantikan Pangeran Senjaya di tahun 1830. Menurut cerita dari keturunan ke lima Kartanata Nagara, Raden Sari Wulan Kartanata Nagara, yang ditemui Radar Banten, Selasa (19/8), di kediamannya, Kartanata adalah bupati pertama yang membuka Rangkasbitung menjadi wilayah permukiman. Agar pusat pemerintahan Lebak dekat dengan karesidenan Banten di Serang, Kartanata membangun pendopo di daerah setempat. “Saat itu, Rangkasbitung adalah sebuah hutan belantara. Di tengah hutan belantara terdapat sekumpulan pohon bambu bitung liar dikelilingi rawa yang luas. Setelah daerah tersebut ditempati Kartanata Nagara, banyak warga yang turut bermukim di daerah tersebut,” ujar Sari Wulan yang menetap di Jalan Jalan Sunan Giri, Kampung Pasir Sukarayat, Kelurahaan Muara Ciujung Timur, Kecamatan Rangkasbitung. Menurut Sari Wulan, Kartanata Nagara menaruh perhatian besar terhadap kehidupan rakyat. Saat melihat rakyat mengalami kesusahan, Kartanata Nagara segera membantu. “Yang saya tahu, buyut saya itu (Kartanata Nagara, red) sangat dekat dengan rakyat,” ujarnya. Memasuki 1856 saat Kartanata Nagara masih menjadi bupati, Gubernur Jenderal Duymaer Van Twist menunjuk Edward Douwes Deker (Multatuli) sebagai Asisten Residen di Lebak. Menurut sumber yang didapatkan Radar Banten dari Iman Solehudin (cucu tiri) Raden Sari Wulan Kartanata Nagara, serta Hikmat Syadeli Budayawan Lebak, saat itu sempat terjadi kesalahpahaman antara Kartanata Nagara dan Multatuli. Kesalahpahaman dipicu saat Bupati Kartanata Nagara kedatangan tamu Bupati Cianjur, Jawa Barat. Untuk menjamu tamu, Kartanata Nagara memerintahkan rakyat gotong royong membersihkan lingkungan pendopo dan jalan setapak yang akan dilalui rombongan Bupati Cianjur. “Perintah gotong royong diartikan oleh Multatuli sebagai kerja paksa. Akhirnya Kartanata Nagara dilaporkan ke Residen Brest Van Kempen. Namun tuduhan kerja paksa tidak terbukti sehingga Kartanata Nagara tidak disanksi,” kata Iman yang diamini Hikmat. Lebak di bawah kepemimpinan Kartanata Nagara mengalami kemajuan. Meski sudah berbuat banyak untuk Lebak, namun nama Kartanata Nagara seperti dilupakan. (day/dilengkapi dari berbagai sumber)
DEWAN KOTA BANTAM 1836 (Almanak 1836)
DEWAN KOTA BANTAM 1837 (Almanak 1837)
908/7 <65> ♂ 4. RH. Puradiredja [Wiratanudatar]
Професија : од 1842, Demang Tjibinong
LAMBANG KABUPATEN PURWAKARTA
949/7 <65> ♂ 8. RTg. Sastranegara [Wiratanudatar]
Титуле : од 1849, Bupati Purwakarta
6710/7 <53> ♂ Rd.Ngabei Indrakusumah[Pajajaran]
7011/7 <54> ♀ 2. Raden Ayu Tandjungnagara[Wiratanudatar]
Свадба: <86!> ♂ Rd. Aria Mangkureja / Rd. Aria Mangkupraja [Wiratanudatar]
7112/7 <54> ♀ 3. Nyi Raden Bentang[Wiratanudatar]
7213/7 <54> ♂ 4. Raden Wiramanggala[Wiratanudatar]
7314/7 <54> ♂ 5. Raden Ayu Wastireja[Wiratanudatar]
7415/7 <54> ♀ 6. Nyi Raden Purba[Wiratanudatar]
7516/7 <54> ♀ 7. Nyi Raden Emul[Wiratanudatar]
7717/7 <54> ♂ 9. Raden Tisnadilaga[Wiratanudatar]
7818/7 <54> ♂ 10. Raden Natadigja[Wiratanudatar]
7919/7 <54> ♂ 11. Raden Ardikusuman[Wiratanudatar]
8020/7 <54> ♀ 12. Nyi Raden Kandran[Wiratanudatar]
8121/7 <54> ♀ 13. Nyi Raden Siti Murtala[Wiratanudatar]
8322/7 <54> ♂ 15. Raden Natadireja[Wiratanudatar]
8423/7 <54> ♂ 16. Raden Muhyidin / Raden Natapraja [Wiratanudatar]
8524/7 <54> ♂ 17. Raden Purantareja[Wiratanudatar]
8625/7 <55> ♂ Rd. Aria Mangkureja / Rd. Aria Mangkupraja [Wiratanudatar]
Свадба: <70!> ♀ 2. Raden Ayu Tandjungnagara [Wiratanudatar]
===Dalem Sabiruddin===
Putra Dalem Sabiruddin (Wiratanu IV) yang No. 2 (Ny. R. Mojanagara) PUPUTRA:
Rd. Aria Mangkupraja, nikah ka: Ny. R. Tanjungnagara (Putra Wiratanu V, rai Wiratanu VI) Puputra:4
Dalem Dipati Prawiradireja (Dalem Sepuh Kaum)Nyi Rd. SuhaemiNyi Rd. MomohNyi Rd. Geboy
8826/7 <65> ♀ 1. R.Ay. Asmara/Amsyah[Wiratanudatar]
8927/7 <65> ♂ 3. R. Muharram [Wiratanudatar]
9128/7 <65> ♂ 5. R. Rafiki / R. Rafi'i[Wiratanudatar]
9329/7 <65> ♂ 7. RA. Prawiranata (Aria Patjet)[Wiratanudatar]
9530/7 <65> ♀ 9. R.Ay. Adjeng [Wiratanudatar]
9631/7 <65> ♂ 10. R. Wiramanggala[Wiratanudatar]
9732/7 <65> ♀ 11. Nji R. Aju [Wiratanudatar]
9833/7 <65> ♀ 12. R.Ay. Arpiah [Wiratanudatar]
10034/7 <65> ♀ 14. R.Ay. Asijah [Wiratanudatar]
10135/7 <65> ♂ 15. R. Aledja [Wiratanudatar]
10236/7 <65> ♀ 16. Emah/Imoh [Wiratanudatar]
10337/7 <65> ♂ 17. R. Muhammad Hasan[Wiratanudatar]
10438/7 <65> ♂ 18. R. Jusuf [Wiratanudatar]
10539/7 <65> ♀ 19. Ratu Mariam[Wiratanudatar]
10640/7 <65> ♀ 20. Ratu Rahmah[Wiratanudatar]
8
1091/8 <87+2> ♂ 1.1.1.4.1.6.1.1.2. Dalem Adipati Ageung Koesoemajoeda [Sumedang Larang]
Рођење: Bupati ke 15 (1828-1833)
Свадба: <3> ♀ 1.1.1.4.1.6.1.1.2x NM Samidjah ..[?]
LAMBANG KABUPATEN BOGOR
1082/8 <82+1> ♂ 6.2.1. Patih Rangga Candramenggala [Sumedang Larang]
Рођење: 1786изр, (1768+17+1)
Титуле : Bogor, Bupati Bogor
Смрт: 1857, Pasirkuda, Bogor
===KALKULASI TAHUN KELAHIRAN===
1.1.1.5.2.1.1.1.3.4.4 Patih Rangga Candramenggala . 1.1.1.5.2.1.1.1.3.4.4X NR. Sarimantri .. 1.1.1.5.2.1.1.1.3.4.4.1 RTA. Suradimenggala
Sumber : Pak Adang (fotokopi buku silsilah Nyi Rd. Murtasiah)
1213/8 <87+2> ♀ 1.1.1.4.1.6.1.1.3 Raden Ayu Radjaningrat [Sumedang Larang]
Рођење: 1788изр, (1768+17+3)
Свадба:
1234/8 <82+1> ♂ 6.2.2. Raden Hamzah [Sumedang Larang]
Рођење: 1789изр
KABUPATEN GARUT
1195/8 <69> ♂ 4. Raden Aria Adipati Wiratanudatar VII / Surianata Kusumah (Raden Abas) [Wiratanudatar]
Рођење: 1809, (1813-4)
Титуле : Bupati Garut Ke III (1833 - 1871)
Rd. Abas (Dalem Garut Sepuh) PUPUTRA:13Dalem Dipati Aria Wiratanudatar VIII (Dalem Garut)Rd. JayadiningratNyi Rd. LenggangNyi Rd. Mojanagara (Dalem Istri Lebak)Rd. SurianingratNyi Rd. RajapermasNyi Rd. RajaputriNyi Rd. RajanagaraNyi Rd. Rajakusumah (Rajaretna)Rd. PrawiranagaraNyi Rd. RajaningrumRd. WijayakusumahRd. SuryalagaRADEN ARIA ADIPATI SURIANATA KUSUMAH (RADEN ABAS) ( WIRA TANU DATAR VII ), Bupati Limbangan Garut 1833 -1871 M )
Raden Abas / Dalem Adipati Aria Surianata Kusumah / Tumenggung Jayaningrat yang biasa disebut Wiratanudatar VII ( Bupati Limbangan Garut 1833 -1871 M ) adalah putra bungsu dari Dalem Adipati Aria Wiratanudatar VI ( Dalem Aria Enoch ) . Ketika Dalem Adipati Aria Wiratanudatar VI ( Dalem Aria Enoh ) wafat pada tahun 1813 M,usia Raden Abas baru 4 tahun . Pada tahun 1813 M, Rd.Abas dibawa ke Sumedang dan dibesarkan oleh Raden Jamu /Pangeran Kornel / Adipati Surianagara III / Pangeran Kusumahdinata IX ( 1791-1828 ) putra bupati Sumedang yang bernama Raden Adipati Surianagara II (1761 1765) ,bahkan setelah dewasa Raden Jayaningrat atau Raden Abas ditikahkan dengan cucunya yakni dengan Nyi Raden Purnama putra Aria Jayanagara / Tumenggung Kusumah Ningrat / Tumenggung Kusumadinata / Dalem Adipati Kusumahdinata X / Dalem Alit ( Bupati Limbangan Garut 1831-1833 / Bupati Sumedang 1833 -1834 ) bin Dalem Adipati Adiwijaya bin Pangeran Kornel.
Kemudian Raden Jayaningrat / Raden Abas / Dalem Adipati Aria Surianatakusumah / Wiratanudatar VII ( Bupati Limbangan Garut 1833 -1871 M ) menikah dengan Nyi Rd. Mantria putra Rd.Dirapraja bin Rd. Raja Manggala bin Rd. Raja Pangaras ( keturunan Dalem Aria Wirayuda Cipicung ).dan dikaruniai dua orang putra dan dua orang putri diantaranya :
Raden Jenon atau DAA Wiratanudatar VIII, Bupati Limbangan Garut terakhir atau Bupati Garut pertama ( 1871-1915 M).Raden Jayadiningrat ( Wedana Wanaraja ), Beliau adalah kakek Dr.Rd.Bayuningrat, penyusun Buku Kabhupatian I Bhumi Limbangan, Garut, Sumedang dan Cianjur.Nyi. Rd. Omi / Ny. R. Mojanagara, Beliau adalah isteri Bupati Lebak ( putri ke 9 ). Nyi Rd.Alkiyah / Nyi. R. Rajakusumah ( Nyi.Rd. Rajaretna )Ny.Rd. Alkiyah / Ny. R. Rajakusumah ( Nyi.Rd.Rajaretna) menikah dengan Rd. Surianata Legawa ( Patih Sukabumi ) putra Rd. H. Muhammad Musa ( Hoofz Penghulu Garut ), maka melahirkan beberapa orang putra, diantaranya : - Rd. Suriakartalegawa I ( Bupati Garut ) - Rd. Surianataatmaja ( Rd.Abas ) ( Bupati Cianjur ke 14 ). Dari hasil pernikahannya dengan Nyi Raden Purnama putra Aria Jayanagara, Rd. Abas mempunyai lima putri dan empat putra , diantaranya : (putri ke 3 ). Ny. R. Lenggang (putra ke 5 ). Raden Surianingrat (putri ke 6 ). Ny. R. Rajapermas (putri ke 7 ). Ny. R. Rajaputri (putri ke 8 ). Ny. R. Rajanagara ( putra ke 10 ). Raden Prawiranagara ( putri ke 11 ). Ny. R. Rajaningrum ( putra ke 12 ). Raden Wijayakusumah ( putra ke 13 ). Raden Suryalaga Jadi jumlah keseluruhan putra-putrinya 13 orang , 6 putra dan 7 putri…….dan Gelar yang dipakai Raden Abas yaitu Adipati Suria Nata Kusumah ( menginduk gelar ke sumedang ), dan tidak memakai gelar Wira Tanu Datar ( tidak menginduk ke cianjur ). Ia meninggal pada tahun 1871 M , dan dimakamkan di belakang Masjid Agung Garut.
SEBAB RD. ABAS DIPELIHARA DAN DIBESARKAN OLEH PANGERAN KORNEL KARENA MENGINGAT JASA AYAH-NYA
SEKILAS BIOGRAFI PANGERAN KORNEL /ADIPATI SURIANAGARA III
=========================================================
Setelah wafatnya Bupati Sumedang Adipati Surianagara II (1765 – 1773), posisi bupati Sumedang diisi oleh bupati penyelang dari Parakanmuncang Adipati Tanubaya (1773 – 1775) yang diangkat oleh kompeni karena putra Adipati Surianagara II, Raden Jamu masih kecil. Setelah wafatnya Adipati Tanubaya digantikan oleh Tumenggung Patrakusuma putranya Setelah menjadi bupati Tumenggung Patrakusuma (1775 – 1789) memakai gelar Adipati Tanubaya II. Setelah menginjak dewasa Raden Djamu/ Pangeran Kornel dinikahkan dengan putri Adipati Tanubaya II Nyi Raden Radja Mira mempunyai seorang puteri bernama Nyi Raden Kasomi. Adipati Tanubaya II mendapat hasutan dari Demang Dongkol yang berambisi untuk mempunyai anak atau cucu menjadi bupati. Akhirnya Raden Djamu mengetahui niat buruk mertuanya ingin membunuhnya, segera Raden Djamu meloloskan diri ke Limbangan karena bupati Limbangan merupakan saudaranya, di limbangan posisi Raden Djamu tidak aman terus melanjutkan perjalanan ke Cianjur untuk bertemu dengan kerabat ayahnya Bupati Cianjur Dalem Adipati Aria Wiratanudatar VI ( Dalem Aria Enoh ) dan Raden Djamu diangkat sebagai Kepala Cutak (Wedana) Cikalong dengan nama Raden Surianagara III. Setelah Adipati Tanubaya II diasingkan ke Batavia oleh kompeni ditunjuk sebagai pengganti sementara kepala pemerintahan Sumedang dipegang oleh Patih Sumedang Aria Satjapati (1789 – 1791). Aria Satjapati mengirim surat kepada Dalem Adipati Aria Wiratanudatar VI ( Dalem Aria Enoh ) memohon agar mengusulkan Raden Djamu atau Surianagara III diangkat menjadi bupati Sumedang kepada kompeni. Usul dari Dalem Adipati Aria Wiratanudatar VI ( Dalem Aria Enoh ) diterima oleh kompeni dan diangkatlah Raden Djamu / Surianagara III menjadi bupati Sumedang dengan gelar Pangeran Kusumadinata IX (1791 – 1828).
MERTUA RADEN ARIA ADIPATI SURIANATAKUSUMAH (RADEN ABAS)
=========================================================
Tumenggung Adiwijaya I (1813 – 1831 ) adalah Bupati Limbangan Garut yang sebelumnya beliau adalah sebagai Bupati Parakanmuncang ( 1806 – 1813 ).Pada bulan Agustus 1831, Raden Adipati Adiwijaya I setelah selesai meresmikan pabrik dan kebon nila di Panyeredan dan Bantar Payung di tengah perjalanan menuju ke kota Garut terserang penyakit sampai wafatnya. Beliau dimakamkan di Kampung Cipeujeuh Sanding Kec. Garut Kota. Oleh karena itulah beliau terkenal dengan sebutan Dalem Cipeujeuh. ===================== Didahului oleh Raden Aria Wiratanu VI Bupati Limbangan Bupati Limbangan- Garut 1833 -1871 M Dilanjutkan: Raden Aria Wiratanu VIII Di Garut R. Tumenggung Wiranagara di Cianjur
LAMBANG KABUPATEN CIANJUR
1126/8 <70+86!> ♂ 1. Raden Wiradireja / RAA Prawiradireja I [Wiratanudatar]
Титуле : од 1813, Bupati Cianjur VII (1813 – 1833), Keponakan Wira Tanu Datar VI, cucu Wira Tanu Datar V, Regent pertama Hindia Belanda
===Raden Aria Adipati Prawiradiredja I===Bupati Cianjur ke-7Masa jabatan 1813–1833Didahului oleh : R.A. Wira Tanu Datar VIDigantikan oleh : R. Tumenggung WiranagaraLahir : CianjurMeninggal : CianjurProfesi : BangsawanAgama : Islam
Raden Aria Adipati Prawiradireja I adalah bupati Cianjur ketujuh dan regent Cianjur keenam. Ia merupakan regent pertama Hindia Belanda setelah dibubarkannya VOC.
Kehidupan Awal Nama asli R.A.A Prawiradireja I adalah Raden Wiradireja. Ia adalah keponakan Raden Adipati Wira Tanu Datar VI, yaitu anak dari adik wanitanya yang bernama Tanjungnagara. Sebelum diangkat regent Cianjur ia menjabat sebagai patih Cianjur.
Pengangkatan Sebagai Regent Pada tahun 1813 Aria Wiranagara putra pertama Raden Adipati Wira Tanu VI -terkenal dengan sebutan Aria Cikalong- yang ketika itu menjabat patih Cianjur, merasa bahwa dirinya tidak mungkin dapat menggantikan ayahnya menjadi regent Cianjur. Hal ini karena ia tidak disukai oleh Belanda karena sifatnya yang kejam dan pemarah. Ia kemudian mengundurkan diri sebagai patih Cianjur. Jabatan patih kemudian diteruskan oleh adik sepupunya (keponakan Wira Tanu Datar VI) yaitu Wiranagara.
Tak lama setelah kejadian itu, Wira Tanu Datar VI sakit parah. Residen Priangan kemudian menyampaikan surat guna menanyakan siapakah yang akan menjadi penggantinya. Wira Tanu Datar VI kemudian mencalonkan dua orang, yaitu Patih Cianjur (Wiranagara) dan Regent Buitenzorg. Tiga bulan setelah itu Wira Tanu Datar VI meninggal. Sesepuh Cianjur ketika itu yaitu Raden H. Jayanagara, Raden Muhammad Husen (Penghulu Cianjur). Raden H. Natanagara, Raden Aria Wasitareja dan sekretaris yang bernama Prisje, mengadakan musyawarah yang keputusannya yaitu mengusulkan Raden Wiradireja yang ketika itu menjabat patih untuk diangkat sebagai regent Cianjur kepada Pemerintahan Batavia. Hal ini senada dengan Residen Macquoid yang juga mengusulkan patih Cianjur sebagai regent. Sedangkan regent Buitenzorg yaitu Wira Nata tidak disetujui oleh Residen.
Ia diangkat sebagai regent pada tanggal 18 April 1813 dan dalam akta tanggal itu juga ia meminta gelar Tumenggung Wiradireja. Menurut akta 1 Maret 1816, ia dianugerahi gelar Adipati. Gelar resminya adalah Raden Aria Adipati.
Regent Cianjur Masa pemerintahannya sebagai regent ada beberapa kejadian penting yang terjadi yaitu :
Bubarnya VOC Sebenarnya bubarnya VOC terjadi sebelum masa pemerintahan Prawiradireja I, ketika Cianjur dibawah pemerintahan Wira Tanu Datar VI. Ini menjadikan Prawiradireja I sebagai regent pertama masa pemerintahan Hindia Belanda.[1]
Masa Raffles 1811-1816 Pada masa Prawiradeireja I terjadi perubahan kekuasaan di Hindia Belanda, yaitu dengan berkuasanya Inggris. Ketika itu Inggris mengutus Thomas Stanford Raffles sebagai gubernur jenderal Hindia Belanda. Namun masa pemerintahan Raffles tidak lama karena Inggris kembali menyerahkan Hindia Belanda pada Kerajaan Belanda.[1]
Kepatihan Soekaboemi Pada masa pemerintahannya, terjadi perubahan nama untuk Kepatihan Tjikole yang dibentuk oleh Bupati sebelumnya, menjadi Kepatihan Soekaboemi pada tanggal 13 Januari 1815. Kepatihan ini merupakan pendahulu dari Kabupaten Sukabumi saat ini.
Masa Tua dan Kematian
Prawiradireja I memerintah selama 20 tahun. Ia tidak memerintah sampai akhir hayatnya, karena pada tahun 1833 ia turun tahta dan digantikan anaknya yaitu Raden Tumenggung Wiranagara. Setelah turun tahta ia tidak tinggal di pendopo tapi pindah ke dekat Mesjid Agung Cianjur. Setelah turun tahta ia disebut Dalem Sepuh. Prawiradireja meninggal pada tahun 1834
KABUPATEN GARUT
1207/8 <87+2> ♂ 1.1.1.4.1.6.1.1.1. Raden Abdul / Dalem Adipati Adiwijaya [Sumedang Larang]
Титуле : од 1813, Bupati Limbangan Garut I
LAMBANG KABUPATEN KARAWANG
1248/8 <68> ♂ Dalem Raden Adipati Suryanata[Wiratanudatar]
Свадба: <4> ♀ Nyi Salamah [Singaperbangsa]
Свадба: <5> ♀ 1.1.1.1.1.11.2 NR. Fatimah Komalaningrat Sastradipura [Singaperbangsa]
Титуле : од 1821, Wanayasa, Bupati Karawang X
Смрт: 1828, Nusa Situ Wanayasa, Purwakarta
Raden Adipati Suryanata, putra RAden Adipati Wiranata Dalem Sepuh Bogor Keturunan Cikundul.
Raden Adipati Suryanata Menikah dengan Nyi Salamah, putrid Aria Sastradipura, (Bupati Karawang ke- 9). Pada masa Pemerintahan Raden Adipati Suryanata, kantor dipindahkan dari Karawang ke Wanayasa (Purwakarta). Raden Adipati Suryanata wafat pada tahun 182 dimakamkan di Nusa Situ
Wanayasa, Purwakarta.
LAMBANG KABUPATEN BOGOR
1259/8 <68> ♂ 7. Rd. Adipati Suriawinata Wiranata (Rd.H. Muhammad Sirod. Dalem Salawat) [Wiratanudatar]
Титуле : од 1828, Bupati Karawang Ke 11 (1828-1849)
Титуле : од 1849, Bupati Bogor Ke 14 (1849-1872)
Смрт: 13 мај 1872, Mekah
Raden Suryawinata alias Raden Haji Muhammad Sirod, putra Raden Adipati Wiranata Dalem Sepuh
Bogor, (adik Raden Adipati Suryanata Bupati Karawang yang memerintah tahun 1821-1828). Pada awal masa pemerintahan beliau, pusat pemerintahan masih di Wanayasa, selama 2 tahun, dan pada tahun 1830, pusat Pemerintahan dipindahkan dari Wanayasa ke Sindangkasih serta menamakan daerah tersebut Purwakarta. Purwa artinya permulaan dan Karta, sama dengan Ramai atau hidup, dengan demikian nama Purwakarta baru dikenal pada masa pemerintahan Raden Adipati Suryawinata. Pada tahun 1849 Raden Adipati Suryawinata dialihtugaskan menjadi Bupati Bogor hingga wafat tahun
1872. Raden Adipati Suryawinata Dikenal pula dengan sebutan Dalem Solawat atau Dalem Santri.
LAMBANG KABUPATEN BOGOR
12610/8 <99+?> ♂ 1. RA. Mangkuwidjaja (Hoofd Djaksa & Hoofd Demang Bogor) [Kasultanan Banten]
Титуле : од 23 фебруар 1854, Hoofd Djaksa Buitenzorg
Титуле : од 27 јун 1865, Hoofd Demang & Hoofd Djaksa Buitenzorg
Титуле : од 27 март 1866, Hoofd Demang Buitenzorg (Bogor)
== RIWAYAT KELUARGA ==
RA. MANGKOEWIDJAJA, HOOFD DEMANG BOGOR (1865-1870)
"Raden Aria Mangkoewidjaja putra pertama dari Raden Aria Soetawidjaja (Hoofd Djaksa Buitenzorg 1840-1841) dengan Ibu NYI Rd. HABIBAH (Putra Raden........) Sumber : Almanak 1840 sd 1855
SILSILAH RINGKAS
RADEN ARIA DEMANG MANGKOEWIDJAJA bin Raden Aria Soetawidjaja bin Pangeran Muhammad Thahir (R.T. PRAWIRO KOESOEMO) bin Sultan Haji / Sultan Abu Nashr Muhammad Abdul Kahar (Sultan Ke 7 Kesultanan Banten), mempunyai adik kandung 12 orang, yaitu : 1. R. Kartawidjaja/H. Iljas (Demang Jasinga/Wadana), 2. R. Bratawidjaja/Baing Brata (Ass. Demang Parung); 3. R. Dmg. Mangunkusumah (Demang Tjibarusah; 4. R. Kartawidjaja (Gabug); 5. RH. Daud (Eyang R. Muh. Idrus-Enis); 6. RH. Kusumahwidjaja; 7. R. Sintawidjaja (Eyang Endeh Patimah); 8. Nji R. Tjeneng; 9. Nji R. Bahra (Gabug); 10. Nji R. Hadidjah; 11. Nji R. Eulis; 12. R. Demang Mauk
KARIER
Berdasarkan Almanak_van_Nederlandsch_Indië_voor_het tahun 1854 s/d tahun 1876, Karier Raden Aria Mangkoewidjaja adalah sebagai berikut :
1854-1866 Hoofd Djaksa pada Afdelling Buitenzorg, dibawah Regent RADEAN ADIPATTIE SOERIA WIENATTA (1849-1869);1865-1866 Menjadi Hoofd Demang & Hoofd Djaksa Buitenzorg1866-1870 Menjadi Hoofd Demang Buitenzorg
SILSILAH KETURUNAN
RA. MANGKOEWIDJAJA, HOOFD DEMANG BOGOR (1865-1870)
Raden Aria Mangkoewidjaja menikah dengan 4 orang istri, isteri pertama NYI MAS WARTA (Kaum Bogor) memiliki putra 3 orang :
NYI Raden KuraesinNYI Raden SuhaemiNYI Raden Hudaya
Isteri ke 2 bernama NYI Raden SARODJA, dikarunia putra :
NYI Raden Titi MarijamNYI Raden Eno PatmahRaden Hadji Sjafi'i (Penghulu Bogor)NYI Raden Eulis AminahNYI Raden Enon HadjarRaden Hadji Iskandar/EndukRaden Hadji Sulaeman
Isteri ke 3 bernama NYI Rd ENUR binti Raden Kartanagara memiliki putra 1 orang :
Raden Hadji Ahmad/Emod
Isteri ke 4 bernama NYI Raden ANTAMIRAH binti Raden Tumenggung Tjandramanggala, berputra :
Raden Hadji Muhammad HasanRaden SodiqRaden Atang
Semasa berkarier sebagai Djaksa dan Demang Boepati Buitenzorg, Raden Aria Mangkoewidjaja menetap di Buitenzorg (kota Bogor sekarang), keturunannya banyak tersebar di daerah Bondongan, Layungsari, Lolongok, Empang dan Pantjasan, dimakamkan di Pemakaman Empang
(Sumber : Sajarah Bogor, Memed Sunardi, 1966, berdasarkan Catatan Raden Jusuf Wiranata Nagara)
10711/8 <67> ♂ Rd.Ngabei Madamadia[Pajajaran]
11012/8 <68> ♀ 1. R. Aju Hadji Radja[Wiratanudatar]
11113/8 <68> ♀ 12. Nyi R. Aju Lenggangnagara[Wiratanudatar]
Свадба: <6> ♂ Rd. Djiwanagara [?]
11314/8 <70+86!> ♀ 2. Ny. R. Suhaemi[Wiratanudatar]
11415/8 <70+86!> ♀ 3. Ny. R. Momoh[Wiratanudatar]
11516/8 <70+86!> ♀ 4. Ny. R. Geboy[Wiratanudatar]
11617/8 <69> ♂ 1. Rd. Aria Wiranagara (Rd. Aria Cikalong) [Wiratanudatar]
11718/8 <69> ♂ 2. Rd. Aria Natanagara (Dalem Rd. Moh. Tobri Bogor) [Wiratanudatar]
11819/8 <69> ♀ 3. Nyi Rd. Meumeut[Wiratanudatar]
12220/8 <90> ♂ 1. Rd. Suradikusumah[Wiratanudatar]
12721/8 <99+?+?> ♂ 2. R. Kartawidjaja/H. Iljas (Demang Jasinga/Wadana) [Kasultanan Banten]
12822/8 <99+?+?> ♂ 3. R. Bratawidjaja/Baing Brata (Ass. Demang Parung) [Kasultanan Banten]
12923/8 <94+?> ♀ 1. Nji R. Radjapermas[Wiratanudatar]
13024/8 <68> ♀ 3. R. Aju Bentang[Wiratanudatar]
13125/8 <68> ♀ 4. R.Aju Domas [Wiratanudatar]
13226/8 <68> ♀ 5. R. Aju Surjanagara[Wiratanudatar]
13327/8 <68> ♀ 6. R. Aju Esin (Kuraesin)[Wiratanudatar]
13428/8 <68> ♀ 8. R. Aju Hapsah[Wiratanudatar]
13529/8 <68> ♂ 9. R. Dmg. Surjajaga[Wiratanudatar]
13630/8 <68> ♂ 10. R.h. Umar [Wiratanudatar]
13731/8 <68> ♂ 11. R. Kusumahdilaga[Wiratanudatar]
13832/8 <68> ♂ 13. R. Tarjaniba [Wiratanudatar]
13933/8 <92+?> ♂ 1. RH. Bujeh [Wiratanudatar]
Good job, saya membacanya. Isi tabungan emosi meski saya bukan warga karawag, God bless Karawang dan oom sekalian
BalasHapus