Kamis, 28 Juni 2018

Raden Patah

Raden Patah (Jawa : ꦫꦢꦺꦤ꧀ꦦꦠꦃ) alias Jin Bun (Hanzi : 靳文, Pinyin : Jìn Wén) bergelar Senapati Jimbun[1] atau Panembahan  Jimbun[2](lahir: Palembang, 1455; wafat: Demak, 1518) adalah pendiri dan raja Demak  pertama dan memerintah tahun 1500-1518. Menurut kronik Tiongkok dari Kuil Sam Po Kong Semarang, ia memiliki nama Tionghoa yaitu Jin Bun tanpa nama marga di depannya, karena hanya ibunya yang berdarah Tionghoa. Jin Bun artinya orang kuat.[3] Nama tersebut identik dengan nama Arabnya "Fatah (Patah)" yang berarti kemenangan. Pada masa pemerintahannya Masjid Demak didirikan, dan kemudian ia dimakamkan di sana.

Raden Patah
靳文

Lahir
Jin Bun
靳文
Palembang  (Majapahit)
Meninggal
Demak (Demak Bintoro)
Tempat tinggal
Demak, Kesultanan Demak
Nama lain
Jin Bun
Pekerjaan
Sultan Demak
Dikenal karena
Raja Kerajaan Demak
Gelar
Panembahan Jimbun
Pengganti
Pati Unus
Anak
Pati Unus
Mengikuti pakar Belanda Pigeaud dan De Graaf, sejarahwan Australia M. C. Ricklefs  menulis bahwa pendiri Demak adalah seorang Tionghoa Muslim bernama Cek Ko-po (Pate Rodin senior). Ricklefs memperkirakan bahwa anaknya adalah orang yang oleh Tomé Pires  dalam Suma Oriental-nya dijuluki "Pate Rodim  (Adipati/Patih Rodim)", mungkin maksudnya "Badruddin" atau "Kamaruddin" (meninggal sekitar tahun 1504). Putera atau adik Rodim dikenal dengan nama Trenggana (bertahta 1505-1518 dan 1521-1546), pembangun keunggulan Demak atas Jawa.

Kenyataan tokoh Raden Patah berbenturan dengan tokoh Trenggana, raja Demak ketiga, yang memerintah tahun 1521-1546.

TradisiSunting

Asal usul Raden PatahSunting
Terdapat berbagai versi tentang asal usul pendiri Kerajan Demak.

Menurut Babad Tanah Jawi, Raden Patah adalah putra Brawijaya raja terakhir Majapahit  (versi babad) dari seorang selir Tionghoa. Selir Tionghoa ini puteri dari Kyai Batong  (alias Tan Go Hwat). Karena Ratu Dwarawati  sang permaisuri yang berasal dari Campa  merasa cemburu, Brawijaya terpaksa memberikan selir Cina kepada adipati nya di Palembang, yaitu Arya Damar . Setelah melahirkan Raden Patah, putri Tionghoa dinikahi Arya Damar (alias Swan Liong), melahirkan Raden Kusen (alias Kin San).

Menurut Purwaka Caruban Nagari, nama asli selir Tionghoa adalah Siu Ban Ci, putri Tan Go Hwat dan Siu Te Yo dari Gresik. Tan Go Hwat merupakan seorang saudagar dan juga ulama bergelar Syaikh Bantong (alias Kyai Batong).

Menurut Suma Oriental karya Tome Pires, pendiri Demak bernama Pate Rodin, cucu seorang masyarakat kelas rendah di Gresik.

Menurut kronik Tiongkok dari kuil Sam Po Kong, nama panggilan waktu Raden Patah masih muda adalah Jin Bun, putra Kung-ta-bu-mi (alias Bhre Kertabhumi alias Brawijaya V) raja Majapahit (versi Pararaton) dari selir Tiongkok. Kemudian selir Tionghoa diberikan kepada seorang berdarah setengah Tionghoa  bernama Swan Liong di Palembang. Swan Liong merupakan putra Yang-wi-si-sa (alias Hyang Purwawisesa atau Brawijaya III) dari seorang selir Cina. Dari perkawinan kedua itu lahir Kin San (alias Raden Kusen). Kronik Cina  ini memberitakan tahun kelahiran Jin Bun  adalah 1455. Mungkin Raden Patah lahir saat Bhre Kertabhumi belum menjadi raja (memerintah tahun 1474-1478). Menurut Slamet Muljana (2005), Babad Tanah Jawi teledor dalam mengidentifikasi Brawijaya sebagai ayah Raden Patah sekaligus ayah Arya Damar, yang lebih tepat isi naskah kronik Cina Sam Po Kong terkesan lebih masuk akal bahwa ayah Swan Liong (alias Arya Damar) adalah Yang-wi-si-sa alias Brawijaya III, berbeda dengan ayah Jin Bun (alias Raden Patah) yaitu Kung-ta-bu-mi alias Brawijaya V.[3]

Menurut Sejarah Banten, Pendiri Demak  bernama Cu Cu (Gan Eng Wan?), putra (atau bawahan) mantan perdana menteri Tiongkok  (Haji Gan Eng Cu?) yang pindah ke Jawa Timur. Cu Cu mengabdi ke Majapahit dan berjasa menumpas pemberontakan Arya Dilah bupati Palembang. Berita ini cukup aneh karena dalam Babad Tanah Jawi, Arya Dilah adalah nama lain Arya Damar, ayah angkat Raden Patah

Tidak ada komentar:

Posting Komentar